Alunan Musik Tradisional yang dipadu dengan musik modern menjadi bagian dari Perayaan Ulang Tahun Ketiga Lisember, Yang berbasis dilingkungan II kelurahan Lasoani, Jum'at - Sabtu (24-25/12). Mengusung tema bertajuk "Malindo, mosangu Lara Mombangu Ngapa" (Satu Hati Dalam Damai Membangun Negeri), kegiatan yang dilaksanakan di panggung terbuka di lokasi Mata air Mebere, Kelurahan Lasoani ini terasa begitu istimewa. Ditonton ribuan orang, menampilkan lebih dari 20 sanggar seni dari Kota Palu, Donggala dan Kabupaten Baru Sigi.
Selain Sanggar Seni Lisember, Turut berpartisipasi di antaranya Sanggar Seni Pedati, Sanggar Seni Topo Da'a dari desa Porame/Balane, Sanggar Seni Baligau, dari tatanga, Magau Ganda dari Kelurahan Nunu, Sanggar Seni Linosidiru dari kelurahan Tavanjuka, Sanggar Seni Anantovea dari Kelurahan Balaroa, Kaili Bangkit Tatura, Povenaiya Birobuli Selatan, Roa Sangu Rasa dari Lasoani dan sejumlah sangar seni lainnya.
Sudah menjadi ciri khas Lisember, Penataan panggung dan lokasi kegiatan kental dengan nuasa tempo dulu. Panggung yang terbuat dari papan dan bambu yang di tempatkan di air, dibawah pohon beringin. Dihiasi dengan berbagai jenis tanaman. Di Sekitar lokasi terdapat puluhan lampu minyak, Obor. Penonton dan tamu undangan di sediakan tempat lesehan di depan dan samping Panggung.
Tampilan Panggung |
Suasana Sekitar Panggung |
Sebenarnya tujuan utama kegiatan adalah "menyampaikan" kembali kepada publik bahwa tradisi Kaili itu sangat beragam, bernilai seni tinggi. Selain itu, momen pementasan seni ini menjadi media untuk mempererat perdamaian yang terancam luntur akhir-akhir ini. Pesan-pesan perdamaian terlihat jelas dari berbagai macam seni yang ditampilkan. Mulai puisi, tari dan lagu yang diiringi musik kolabrasi, alat musik tradisional dan modern. Seperti tarian Posindo, Tarian baru yang diciptakan lisember. Gerak Tarian Pesindo yang di kolaborasi dengan puisi mengambarkan adanya harapan baru perdamaian dengan hadirnya cahaya obor yang dibawa 6 orang penari perempuan.
Sanggar Seni Topo Da'a menampilkan seni Ndolu, yakni sejenis tembang berupa doa-doa ketika memulai sebuah ritual adat. Dibawakan 5 orang, yang terdiri dari 2 penabuh gendang, satu seruling, satu seruling dan 2 orang membawakan tembang Ndou. pesan yang disampaikan dalam tembang Ndou lebih banyak soal kehidupan masa lalu yang penuh dengan kedamaian dan bersahaja, jauh dari pertikaian dan konflik. saling menghargai dan menghormati kalangan yang lebih tua, serta taat kepada Sang Pencipta.
Bila dikemas dengan baik dan apik, keberagaman Itu ternyata bisa menciptakan kedamaian, Hal ini tergambar dari pakaian yang di gunakan para penari, berwarna warni seperti wana pelangi, indah dipandang. Dan hati menjadi damai.
"Melalui pementasan ini kami ingin menyampaikan kepada publik bahwa seni budaya menjadi salah satu media untuk mempererat tadi perdamaian," Ujan Hamdan ketua panitia kegiatan.
Soal anggaran kegiatan yang mencapai jutaan rupiah, kata Hamdan, murni swadaya dari anggota Lisember dan sumbangan dari beberapa pihak yang peduli dengan kegiatan-kegiatan seni. Sumbangan berupa uang tunai dan barang.
Kegiatan perayaan hari ulang tahun ke-3 Lisember dirangkaikan dengan pengukuhan pengurus baru. setelah dilakukan pemilihan secara demokratis, Abdul Razak terpilih untuk memimpin Lisember 3 tahun kedepan mengantikan Dedy K Rabel. Tampak hadir pada acara ini sejumlah pemerhati seni di antaranya Drs. Iksan, M.Hum, TS adjat, Samsul Syaifudin, Baharudin Parisele, Sophian R Aswin, Kasim B Latadundu dan yang lainnya.
0 komentar:
Posting Komentar