Berkunjung Ke Musium

Anggota Lisember Belajar di Musium Sulawesi Tengah

Anggota Lisember

Beberapa dari sekian anggota Lisember

Anggota Lisember

Beberapa Anggota Lisember lainnya

Penari

Beberapa Penari Lisember

Foto bersama

Anggota Lisember foto bersama Tokoh Masyarakat kulurahan Lasoani serta beberapa Sanggar Seni Kota palu

Selamat Datang Di Libu Seni Mebere Blog

Libu Seni Mebere Adalah Salah satu Organisasi pemuda yang bergerak dibidang Pelestarian Budaya dan Tradisi Luhur, Serta mengangkat Nilai - Nilai Luhur To Ri Kaili.

Misi

Melestarikan Budaya, Tradisi, Serta mengangkat Nilai - Nilai Luhur To Ri Kaili.

Rabu, 29 Februari 2012

WARISAN BUDAYA SULAWESI TENGAH

Keragaman peninggalan warisan budaya masa lalu di Sulawesi Tengah, khususnya peninggalan megalitik yang mempunyai ciri khas merupakan pengetahuan kebudayaan atas cipta, karya dan rasa masyarakat ada masa lampau yang menmpunyai nilai-nilai luhur yang dapat dijadikan suatu pedoman atas landasan untuk menetukan arah kebijakan dan strategi dalam pengambilan dan penentuan langkah diberbagai aspek kehidupan bangsa.
 
Penelitian peninggalan arkeoloi di Sulawesi Tengah telah dilakukan oleh para peneliti bangsa Eropa sejak akhir abad 19, yang dimulai oleh Adriani dan A.C Kruyt dalam tulisannya “Van Poso naar arigi een Lindoe”  pada tahun 1898. Kemudian pada tahun 1938 Kruyt menerbitakan tulisannya “De West Toradjas in Midden Celebes”, dan dalam tulisan tersebut Kruyt menyebutkan beberapa tinggalan arkeologis di Kulawi seperti kalamba di Gimpu, batu dulang di Mapahi, dan peti kubur kayu di Lindu. Walter Kaudern, seorang peneliti kebangsaan Swedia pada tahun 1938 menerbitkan tulisannya Megalithic Finds in Central Celebes”  dan sebuah tulisan tentang etnografi “Stucture and Settlements in Central Celebes”.

Penelitian potensi arkeologi oleh peneliti Indonesia pertama kali dilakukan pada tahun 1976 oleh Tim Proyek Penelitian dan Peninggalan Purbakala Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Tim dipimpin oleh seorang arkeolog Haris Sukendar dan dalam penelitiannya sempat melakukan ekskavasi awal pada situs Suso di Padang Tumpara Lembah Bada Kabupaten Poso.

A.  ARKEOLOGI PRASEJARAH
Zaman Prasejarah adalah suatu periode kebudayaan manusia  yang masih terbatas dan sederhana. Pada masa ini pendukungnya belum mengenal tulisan dengan pola hidup sederhana, berpindah-pindah, berburu dan meramu. Perkembangan selanjutnya manusia mulai menetap, bercocok tanam sampai tingkat mengenal penggunaan logam.

Zaman paleolitikum, Mesolitikum, Neolitikum, Megalitikum dan perundagian merupakan periodesasi zaman prasejarah yang dikenal Indonesia.

Peninggalan zaman prasejarah di Sulawesi Tengah pada masa Poleolitikum dan masa Mesolitikum hingga saat ini belum ditemukan. Tetapi peninggalan tertua berasal dari masa Neolitikum berupa penemuan kapak batu di Kabupaten Donggala dan Kabupaten Poso pada tahun 1976. Sedangkan peninggalan masa Megalitikum dan masa perundagian berupa temuan-temuan menhir, arca menhir, kalamba, tempayan kubur dan benda-benda yang terbuat dari logam seperti kapak perunggu yang tinggalannya tersebar di Sulawesi Tengah.

1)  Tingalan Masa Mesolitikum, seperti Fosil Gajah Purba/Stegodon di Wilayah Napu Kecamatan Lore, Kabupaten Poso
2)   Tinggalan masa neolitikum, Seperti Tradisi Pembuatan Kain Kulit Kayu (Peralatan dan Berbagai Bentuk Kain Kulit Kayu dan Tradisi Pembuatan Gerabah).
      Proses Pembuatan Kain Kulit Kayu









































































































































































































3)      Tinggalan Masa Megalitikum, seperti Patung/Arca Aatu, Kalamba, Gerabah Kubur dan Gelang Batu.


Penggalian (ekskavasi) Tempayan Kubur di Situs Watu Nongko Tahun 1998. Oleh Pusat ARKENAS diklaim sebagai Tempayan Kubur Terbesar yang pernah ditemukan di Indonesia. 
4).   Tinggalan Masa Perundagian, seperti tau-tau, Taiganja dan Sagala.



 B.   ARKEOLOGI KLASIK

Berbagai Tinggalan Keramik Asing :
1)      Keramik Cina dari berbagai Macam Dinasti, sep-erti Dinasti Tang, Yuan, Sung, Ming dan Yuan.
2)      Keramik Jepang, Muangthai dan Vietnam.

C.   ARLKEOLOGI ISLAM
Islam mengalami pertumbuhan dan perkembangan, dibuktikan dengan berdirinya organisasi-organisasi Islam seperti: pada tahun 1917 Syariat Islam masuk ke Sulawesi Tengah (12 tahun setelah belanda menjajah di Sulawesi Tengah).

Untuk Kabupaten Donggala dan Kota Palu dibawahi sendiri oleh pendirinya yaitu HOS Tjokro Aminoto, sedangkan untuk wilayah oli-toli dibawah oleh sorang sahabatnya yaitu Sastro Kardono. Organisasi yang didirika di Palu, yang kemudian menjadi suatu organisasi yang besar dan sangt berjasa dalam pengmbangan agama Islam di Sulawesi Tengah adalah organisasi “Al-chaerat”, serta dibuktikan dengan peninggalan arkeologi Islam di Sulawesi Tengah seperti bangunan Masjid Tua di Bungku, Masjid Tua Una-una, Masjid Tua di Palu.

Masjid Tua Una-una
Selain itu, terdapat pula peninggalan Makam Penyiar Agama Islam dan Raja-raja, Naskah-naskah kuno dan Kaligrafi.

D.  ARKEOLOGI KOLONIAL
         
  Peninggalan benteng pertahanan atau Bunker Veilbox di pesisir pantai Toli-toli.

 DR. Adrini tiba di kota Poso pada bulan Desember 1895, Ia melakukan pembuatan peta geografi dan topografi atas seluruh wilayah yang didatanginya. Akhirnya Ia meninggal pada Tahun 1926 di kota itu dan dimakamkan di tempat pemakaman umum yang sekarang menjadi situs.


 Peninggalan lainnya pada masa ini adalah bangunan Gereja Tua (Gereja Katolik) di Jl. Patimura dan gedung PKKD (Pusat Koperasi Kopra Donggala) di Tanjung Batu.







Sumber: Museum Daerah Sulawesi Tengah

Senin, 27 Februari 2012

Usung Tema Perdamaian, Libatkan Puluhan Sanggar Seni Di Ulang Tahun Yang Ke-3

Alunan Musik Tradisional yang dipadu dengan musik modern menjadi bagian dari Perayaan Ulang Tahun Ketiga Lisember, Yang berbasis dilingkungan II kelurahan Lasoani, Jum'at - Sabtu (24-25/12). Mengusung tema bertajuk "Malindo, mosangu Lara Mombangu Ngapa" (Satu Hati Dalam Damai Membangun Negeri), kegiatan yang dilaksanakan di panggung terbuka di lokasi Mata air Mebere, Kelurahan Lasoani ini terasa begitu istimewa. Ditonton ribuan orang, menampilkan lebih dari 20 sanggar seni dari Kota Palu, Donggala dan Kabupaten Baru Sigi.

Selain Sanggar Seni Lisember, Turut berpartisipasi di antaranya Sanggar Seni Pedati, Sanggar Seni Topo Da'a dari desa Porame/Balane, Sanggar Seni Baligau, dari tatanga, Magau Ganda dari Kelurahan Nunu, Sanggar Seni Linosidiru dari kelurahan Tavanjuka, Sanggar Seni Anantovea dari Kelurahan Balaroa, Kaili Bangkit Tatura, Povenaiya Birobuli Selatan, Roa Sangu Rasa dari Lasoani dan sejumlah sangar seni lainnya.

Sudah menjadi ciri khas Lisember, Penataan panggung dan lokasi kegiatan kental dengan nuasa tempo dulu. Panggung yang terbuat dari papan dan bambu yang di tempatkan di air, dibawah pohon beringin. Dihiasi dengan berbagai jenis tanaman. Di Sekitar lokasi terdapat puluhan lampu minyak, Obor. Penonton dan tamu undangan di sediakan tempat lesehan di depan dan samping Panggung.

Tampilan Panggung
Suasana Sekitar Panggung
Sebenarnya tujuan utama kegiatan adalah "menyampaikan" kembali kepada publik bahwa tradisi Kaili itu sangat beragam, bernilai seni tinggi. Selain itu, momen pementasan seni ini menjadi media untuk mempererat perdamaian yang terancam luntur akhir-akhir ini. Pesan-pesan perdamaian terlihat jelas dari berbagai macam seni yang ditampilkan. Mulai puisi, tari dan lagu yang diiringi musik kolabrasi, alat musik tradisional dan modern. Seperti tarian Posindo, Tarian baru yang diciptakan lisember. Gerak Tarian Pesindo yang di kolaborasi dengan puisi mengambarkan adanya harapan baru perdamaian dengan hadirnya cahaya obor yang dibawa 6 orang penari perempuan.

Sanggar Seni Topo Da'a menampilkan seni Ndolu, yakni sejenis tembang berupa doa-doa ketika memulai sebuah ritual adat. Dibawakan 5 orang, yang terdiri dari 2 penabuh gendang, satu seruling, satu seruling dan 2 orang membawakan tembang Ndou. pesan yang disampaikan dalam tembang Ndou lebih banyak soal kehidupan masa lalu yang penuh dengan kedamaian dan bersahaja, jauh dari pertikaian dan konflik. saling menghargai dan menghormati kalangan yang lebih tua, serta taat kepada Sang Pencipta.

Yang tidak kalah menarik lagu berjudul "Antara Desa" yang dibawakan sanggar seni Povenaiya yang berbasis di kelurahan Birobuli Selatan. Sair lagu dari awal sampai akhir menyebutkan Satu Persatu Nama Desa dari pegunungan sebelah barat (sekarang wilayah Kabupaten Sigi) hingga pegunungan sebelah timur Kota Palu. Beberapa Desa yang di sebut dalam lagu "Antara Desa" tersebut kini sudah berubah menjadi Kelurahan di Kota Palu. Yakni Seperti Birobuli, Tanamodindi, Lasoani dan Kawatuna.

Bila dikemas dengan baik dan apik, keberagaman Itu ternyata bisa menciptakan kedamaian, Hal ini tergambar dari pakaian yang di gunakan para penari, berwarna warni seperti wana pelangi, indah dipandang. Dan hati menjadi damai.

"Melalui pementasan ini kami ingin menyampaikan kepada publik bahwa seni budaya menjadi salah satu media untuk mempererat tadi perdamaian," Ujan Hamdan ketua panitia kegiatan.

Soal anggaran kegiatan yang mencapai jutaan rupiah, kata Hamdan, murni swadaya dari anggota Lisember dan sumbangan dari beberapa pihak yang peduli dengan kegiatan-kegiatan seni. Sumbangan berupa uang tunai dan barang.

Kegiatan perayaan hari ulang tahun ke-3 Lisember dirangkaikan dengan pengukuhan pengurus baru. setelah dilakukan pemilihan secara demokratis, Abdul Razak terpilih untuk memimpin Lisember 3 tahun kedepan mengantikan Dedy K Rabel. Tampak hadir pada acara ini sejumlah pemerhati seni di antaranya Drs. Iksan, M.Hum, TS adjat, Samsul Syaifudin, Baharudin Parisele, Sophian R Aswin, Kasim B Latadundu dan yang lainnya.