Berkunjung Ke Musium

Anggota Lisember Belajar di Musium Sulawesi Tengah

Anggota Lisember

Beberapa dari sekian anggota Lisember

Anggota Lisember

Beberapa Anggota Lisember lainnya

Penari

Beberapa Penari Lisember

Foto bersama

Anggota Lisember foto bersama Tokoh Masyarakat kulurahan Lasoani serta beberapa Sanggar Seni Kota palu

Selamat Datang Di Libu Seni Mebere Blog

Libu Seni Mebere Adalah Salah satu Organisasi pemuda yang bergerak dibidang Pelestarian Budaya dan Tradisi Luhur, Serta mengangkat Nilai - Nilai Luhur To Ri Kaili.

Misi

Melestarikan Budaya, Tradisi, Serta mengangkat Nilai - Nilai Luhur To Ri Kaili.

Senin, 23 November 2009

Tampilkan Berbagai Kreasi Baru, Komitmen untuk Kembangkan Budaya Kaili Di Ulang tahun pertama Lisember

Libu Seni Mebere (Lisember) Sabtu (21/11), merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) yang pertama, bertempat di Sumber Mata Air Mebere, jalan Tekukur, Kelurahan Lasoani. Acara yang dikemas dengan nuansa tempo doeloe ini, dihadiri ratusan orang, mulai dari pemerhati dan pelaku seni, pejabat, politisi, tokoh adat dan warga di sekitarnya.

Tampak hadir di acara perayaan HUT pertama Lisember di jalan Tekukur tepatnya di sumber Mata Air Mebere Sabtu lalu, di antaranya Kadis Pariwisata Drs Sudaryano R Lamangkona MSi, Kadis Disdik Ardiansyah Lamasitudju SPd, Sekretaris Dewan Drs Moh Hidayat Lamakarate MSi, Camat Palu Selatan Arman Djanggola, pemerhati seni Hidayat Lembang dan Ashar Yotomaruangi, anggota DPRD Kota Palu Sophian R Aswin dan Idiljan Djanggola.

Pada kegiatan yang mengusung tema “Budayakan Hati Cintailah Negeri” Lisember menampilkan sejumlah karya seni kreasi baru seperti tarian Poave dan Notuda Jole (menanam jagung), dan lagu Tesa Posampesuvu (cerita persaudaraan). Sanggar seni yang tampil di antaranya Sanggar Seni Pedati, tampil dengan 3 karyanya Momotoro-ana, Mari belajar bahasa Kaili, dan Petani. Bengkel Seni Tamalanja yang tampil bersama Sensasi dari Kelurahan Tatura, membawakan lagu Ana-ntovea dan lagu mosampesuvu yang dipadukan dengan puisi oleh Ashar Yotomaruangi, Kreator Muda Mandiri dari Kelurahan Kayumalue dengan Kakulanya, kelompok An-namira dari Kelurahan Tanamodindi, dengan membawakan karya lagu Vunja dan pukulan rebana yang merupakan musik spesialisasi An-namirah.

Karya yang berisikan kritik sosial juga ditampilkan dalam pagelaran ini. Salah satunya seperti yang disajikan Sanggar Seni Linosidiru dari Kelurahan Tavanjuka. Linosidiru melalui lagunya yang berjudul ‘Hemat Energi’ mengkritik tentang krisis listrik yang terjadi di Kota Palu.

Ketua panitia kegiatan Mantra L Lapaido mengatakan, selain dalam peringatan hari jadi Lisember yang pertama pagelaran seni ini juga bertujuan merajut hubungan kekeluargaan, sekaligus menanamkan nilai tradisi gotong royong kepada generasi muda. Lebih khusus lagi, pagelaran seni juga dalam rangka mengangkat kembali kebudayan dan adat istiadat masyarakat Kaili.

“Kegiatan ini juga sekaligus sebagai media instropeksi diri. Lisember tidak dan jangan pernah puas. Yang dilakukan selama ini belumlah apa-apa dan belum seberapa. Setahun telah terlewati, namun perjalanan masih panjang,” ujarnya dalam sambutan. Menurutnya, budaya adalah cerminan jati diri, seni penyatuan hidup dan kehidupan. Karena itu budaya harus ada di hati, agar hati dapat berbudaya sehingga cinta hadir untuk diri, sanak saudara, masyarakat dan bangsa. “Bersaudara tanpa batas dan berkepribadian tanpa cela adalah ciri pribadi yang berbudaya,” ujar Mantra berfilosofi.

Ketua Lisember Dedi K Rabel mengatakan, setahun perjalanan bergelut di seni budaya menjadi pelajaran berharga bagi pribadi dan seluruh anggota Lisember. Ke depan masih banyak tantangan yang akan makin mendewasakan dan menjadi bekal Lisember untuk tetap berbuat. “Kami ada bukan untuk bersaing, tapi untuk bersanding. Kembali ke Jati Diri untuk membangun Budaya. Itulah satu semangat kebersamaan di komunitas seni budaya yang membesarkan kami,” ujar Dedi. 

Ia menceritakan, selama setahun perjalanan Lisember berbagai even dan kegiatan telah dilaksanakan Lisember. Mulai dari eksplorasi budaya, silaturahim ke beberapa komunitas seni budaya kota Palu, berpartisipasi dalam beberapa iven budaya seperti festifal danau poso dan yang lainnya. “Saudara tidaklah harus sedarah, kawan tidaklah harus sejalan tapi tujuan baik adalah muara yang menyatukan. Itulah prinsip yang coba kami tanamkan dalam hati, sehingga insya Allah kami akan tetap ada dan berbuat untuk pelestarian budaya Kaili,” kuncinya.

“Kami sangat merespons kegiatan-kegiatan seni seperti ini. Ke depan kami akan memediasi pelaku seni ini agar bisa bisa berkembang lebih baik lagi,” ujar Kadis Pariwisata Sudaryano Lamangkona dalam sambutannya.